Heran ! itulah kata pertama yang muncul dalam benak saya begitu menyaksikan sikap seorang teman yang tidak peduli pada tanggung jawabnya dan hanya peduli pada menuntut haknya.
Mungkin memang budaya EGP (Emang Gue Pikirin) sudah begitu parah menginfiltrasi mayoritas penduduk Indonesia. Bupati dan walikota yang tidak peduli lagi pada fasilitas jalan yang berkubang layaknya kubangan kerbau, PLN yang tidak peduli berapa kali listrik mati dalam sehari dan teriakan para produsen yang rusak mesin produksinya karena listrik byar pet.Seorang ayah yang tidak peduli lagi jam berapa anak perempuannya pulang,pengusaha yang tidak peduli lagi nasib buruhnya dan seabrek ketidak pedulian lainnya.
separah itukah ketidak pedulian itu melanda negeri ini ?
Mungkin " Risau " sudah menjadi barang langka saat ini, karena ketidak pedulian bersumber dari ketidak adanya risau.
Pelajar suka membolos sekolah karena karena sudah tidak ada lagi rasa risau akan masa depannya, karena seolah - olah masa depan sudah terjamin.
Pejabat korupsi karena sudah tidak ada lagi rasa risau akan kemiskinan yang melanda negeri.
Suami berselingkuh karena tidak risau lagi akan azab di padang maksyar
saya merenungi dalam hati, bukankah sistem tubuh kita memberikan pelajaran berharga bagi kita, Bagaimana risaunya tubuh kita ketika ada sesuatu yang mengganggunya
Bagaimana "risau"nya tubuh dengan demam yang tinggi ketika adanya bakteri yang menimbulkan peradangan ?
Bagaimana "risaunya" mata akibat kelilipan dengan mengeluarkan airmata dan kepedihan?
Bukankah tangan kita "risau" karena teriris pisau dengan mengeluarkan rasa pedih dan berdarah?
Risau adalah warning bagi kita
Maka bersyukurlah kita yang masih punya risau
Bersukurlah ibu - ibu yang risau karena suaminya sering pulang malam (ada apa gerangan ?)
Mahasiswa risau karena skripsinya tidak selesai - selesai, sarjana risau karena belum dapat pekerjaan,dan pegawai risau karena sampai saat ini belum juga promosi jabatan.
Risau adalah pemantik bagi meriam motivasi kita
Risau Andrea Hirata dengan kondisi pendidikan di belitong melahirkan tetralogi laskar pelangi, negara risau karena korupsi yang merajalela maka dibentuklah KPK, pemerintah risau dengan birokrasi maka munculah reformasi birokrasi.
Maka jangan pernah mengeluh kalau anda risau pada sesuatu, karena itulah anugerah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar