“Dunia memang tidak seindah surga” begitu kata Nidji dalam lirik soundtrack film Laskar Pelangi. Banyak orang disekitar kita yang merendahkan dirinya dengan merasa bangga dan merendahkan orang lain. Merasa bangga dengan kekayaan, gelar kebangsawanan (hari gini ?), pendidikan, ketampanan, kecantikan, jabatan dan seabrek lainnya dan yang lebih parah mereka mengekspresikannya dalam bentuk hinaan kepada orang lain.
Bagaimana dengan kita yang menjadi objek hinaan ? Ekspresinya macam – macam ada yang sedih, murung, emosi, balas dendam, santet (naudzubillah), membalas dengan lebih dahsyat dan putus asa. Wajar dong kita merasa sakit hati kalau dihina, orang mana yang dihina justru gembira ria (ini yang tidak wajar). Merasa sakit hati ketika dihina adalah wajar apalagi pada saat “benturan pertama” . So What Next setelah kita dihina itu yang akan kita bahas.
Hari ini (Sabtu) saya bersama dengan isteri mengantar anak nomor 3 ke Puskesmas Minasa Upa di Makassar untuk imunisasi campak. Imunisasi campak ini harus dilakukan sebelum anak berusia satu tahun. Sebagaimana layaknya Puskesmas, antrian sudah menyemut ketika kami datang. Begitu selesai pendaftaran, anak – anak yang akan diimunisasi dikelompokkan di ruang sebelah belakang Puskesmas. Yang saya saksikan adalah parade tangisan anak – anak begitu selesai diimunisasi dan bujukan para ibu untuk mendiamkan anak – anaknya yang menangis kesakitan (lho kok malah cerita imunisasi ?), begini…..
Saya mengambil pelajaran yang berharga dari imunisasi di Puskesmas, bukan karena gratis tidak membayar, atau antrian yang panjang sebelum diimunisasi, atau ibu – ibu yang segera mengeluarkan Asi untuk mendiamkan anak – anak mereka (yang ini saya tidak lihat lho) itu sudah lumrah di Indonesia. Tetapi Saudaraku pelajaran yang paling berharga adalah “ Apakah ada Ibu – ibu yang marah ketika melihat anaknya kesakitan sehabis imunisasi ? “ Apakah ada Ibu – ibu yang langsung balas memukul ke Suster petugas imunisasi begitu melihat anaknya kesakitan sehabis diimunisasi ?” Jawabannya adalah TIDAK ADA
Para Ibu sadar bahwa sakit yang diderita anaknya sehabis imunisasi adalah untuk masa depan kesehatan anak – anak mereka.
Saudaraku, lantas apa hubungannya peristiwa di atas dengan hinaan yang telah kita terima ?
Mari kuberitahu sebuah rahasia - layaknya Samson memberitahu Ikal tentang rahasia bagaimana membesarkan otot tubuhnya dalam novel Laskar Pelangi - bahwa hinaan yang kita terima adalah Amunisi yang ampuh untuk meledakkan motivasi kita. Hinaan yang kita terima adalah “anjing gila” peringkat pertama untuk mampu melewati pagar menuju prestasi. Sakit hati yang kita terima sewaktu dihina adalah bahan bakar utama untuk maju ke arah yang lebih baik. Kenapa bisa begitu ?
Karena hanya orang bodohlah yang meratapi dan menangisi hinaan dan tidak sadar bahwa hinaan yang diterima adalah laksana deposit emas di Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara.
Saudaraku, terjemahkanlah hinaan yang kita terima dengan untaian kalimat “ Lihat suatu saat nanti….”
Contoh :
1. Jika Anda dihina orang karena Anda miskin, terjemahkanlah : Lihat suatu saat nanti kamu akan melihat aku mengikuti jejak Bakrie, JK, Aksa Mahmud….
2.Jika Anda dihina karena berwajah pas-pasan, terjemahkanlah : Lihat suatu saat nanti kamu akan melihat aku mengikuti jejak Tukul Arwana, Mandra, Omas, Mastur, Malih …
3.Jika Anda dihina karena berpendidikan rendah, terjemahkanlah : Lihat suatu saat nanti kamu akan melihat aku mengikuti jejak Andrea Hirata …..
Jadi ternyata dihina orang itu indah bukan ?
Minggu, 12 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar