Kamis, 25 Maret 2010
Survival
"Semua isi tas dikeluarkan !" teriakan instruktur mengagetkan peserta di tengah kelelahan yang mendera." Tidak ada lagi makanan dan air minum di dalam tas !". Tidak puas dengan hanya memberikan instruksi,instruktur melakukan sweeping ke dalam tas peserta untuk memastikan tidak ada bahan makanan dan air di dalam tas peserta. Saya tertawa geli ketika instruktur masih menemukan sebotol minyak tanah di tas salah satu peserta. Angkatan kami masih lebih baik, pada angkatan sebelumnya instruktur masih menemukan coklat di kaus kaki peserta, hehe...
Inilah saatnya yang ditunggu - tunggu, kami akan melakukan survival di tengah hutan dengan tanpa bekal makanan dan minuman apapun. Peserta hanya boleh boleh membawa botol air minum kosong, ponco, matras, korek api,pisau dan senter
Grup kamipun bergerak perlahan memasuki hutan di wilayah Anyer, Banten. Matahari bersinar dengan terik, rasa haus mulai terasa. Mata kami bergerak memantau kondisi di perjalanan barangkali ada sumber air atau bahan makanan yang bisa dimanfaatkan.
Tetapi ternyata tetap tidak ada, yang bisa dimanfaatkan hanyalah pohon melinjo, itupun buahnya sudah disapu bersih oleh grup lain yang berjalan terlebih dulu.
Kabar baik datang dari teman paling depan, "ada sungai !". Alhamdulillah minimal ada air yang membuat kami bisa bertahan. Bayangan sungai dengan air pegunungan yang sejuk dan melimpah,sirna. Ternyata yang dimaksud dengan sungai adalah jalur air dengan lebar tak lebih sebesar selokan dengan air yang mengalir tipis sekali, sehingga ketika teman yang didepan mengambil air, teman yang belakang tidak bisa mengambil karena airnya berubah keruh. Sayapun hanya mampu mengambil seperembapt botol air mineral ukuran 1 liter, karena perjalanan harus tetap berlanjut.
Akhirnya grup kamipun diperintahkan untuk istirahat dan membuat bivak personal dengan jarak minimal 10 meter dari peserta lainnya.Saya pun bergerak untuk mulai membuat bivak, membabat semak belukar dengan pisau, mengikat ponco untuk peneduh,memasang matras dan menebar garam untuk mencegah hewan melata.
Tak terbayangkan harus bertahan selama sehari semalam dengan air seperempat botol.Setelah selesai membuat bivak,tayamum, sholat dhuhur berjamaah, kamipun bergerak untuk mencari "makan siang".
Rupanya "menu" makan siang bervariasi. Ada seorang teman yang berhasil mendapatkan belalang, dan langsung disantap, katanya rasanya gurih begitu .Ada dua orang teman kami yang berbagi cacing tanah, hemm, lezat. Sementara saya masih menahan diri untuk tidak mengkonsumsi "protein hewani" tersebut, saya yakin masih ada protein nabati yang lebih menggairahkan untuk dimakan.
" Rambutan - rambutan !" teriak ketua regu. Anggota regu terkejut gembira. mendengar itu rasanya seperti seorang anak yang menemukan ibunya, seorang buta yang medapatkan tongkat, PNS pada tanggal muda. Ketua regu membawa seikat rambutan dan alhamdulillah buat makan siang pembuka. " Dapat dari mana ? tanya kami. Ada pohon rambutan kurang lebih 3 km dari tempat kami membuat bivak. Akhirnya kamipun mengirimkan ekspedisi laksamana chengho untuk berburu rambutan di tempat tersebut.
Ada gula ada semut. Grup lain ternyata telah bergelantungan di atas pohon rambutan. grup kami yang datang belakangan akhirnya harus rela menerima pembagian harta ghanimah secukupnya.
Sesampainya di bivak, ternyata teman - teman sudah mendapatkan berbagai macam menu makan siang. Ada singkong hutan, melinjo, pepaya mengkal, pisang muda (kalau dapatnya dari kebun mungkin akan dimarahi oleh yang punya karena belum layak makan) dan aha Kelapa Muda !
Rupanya survival yang salah tempat !
Ada kebahagian yang kami alami ketika berhasil membakar singkong hutan, melinjo dan pisang muda. ternyata makanan tersebut menjadi menu yang lebih lezat dari restoran jepang, makanan cepat saji dan dan bakso kesukaan saya.
Makanan - makanan tersebut menjadi luar biasa bagi kami, kalau dalam kondisi normal mungkin melirikpun tidak, tetapi ketika kondisi seperti ini menjadi anugerah yang sangat disyukuri.
Akhirnya kamipun menjadi lebih bersyukur terhadap apa yang dianugerahkan Yang Maha Kuasa kepada kami.
Saudaraku, ternyata kesyukuran itu akan muncul justeru ketika kita mencoba menengok ke bawah, merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung, dan saat itu akan muncul sikap qona'ah (merasa proporsionl dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT Kepada kita). Sikap itulah yang akan memberikan ketenangan dalam hati kita dan memandang dunia ini dengan wajar, sebagai sesuatu yang kelak akan berakhir...
Selamat mencoba
Baca Selengkapnya.....
Langganan:
Postingan (Atom)